Indonesia terancam tak memiliki generasi emas di masa mendatang. Masalah klasik, seperti nutrisi, masih menjadi pemicunya.
Menurut Riskesdas 2011 sekitar 17,9 persen anak Indonesia
mengalami kurang gizi, 5,4 persen gizi buruk dan 36 persen mengalami
stunting (pendek).
"Jika dihitung-hitung dari total jumlah anak Indonesia, sekitar
seperempat anak balita Indonesia tidak akan memiliki otak pentium 5,"
ungkap dr. H. Tb. Rachmat Sentika, SpA, MARS, Dokter Spesialis Anak
dalam acara yang digelar Tupperware Indonesia (20/2) di Senayan.
Menurut dr. Rachmat, asupan nutrisi harus diperhatikan sejak bayi
masih dikandungan. "Karena perubahan otak anak terjadi di 0-6 tahun.
Dan, masalah makanan atau gizi mempengaruhi sekitar 13 persen dari
faktor genetik, perilaku dan lingkungan," jelasnya.
Sebagai harapan bangsa, anak-anak dan orangtua harus dibekali
edukasi tentang pentingnya nutrisi. Survei BPOM di 30 kota Indonesia
menunjukkan bahwa 35 persen jajanan sekolah termasuk jajanan tidak
sehat. Parahnya lagi, anak SD yang membawa bekal ke sekolah hanya 18
persen.
"Perlu edukasi mengenai pentingnya bekal sekolah bagi setiap
murid dan orangtua. Bekal dapat mencukupi gizi anak dan membantu
menurunkan tingkat kekurangan gizi," tambahnya.
Home »Unlabelled » Seperempat Otak Anak Indonesia 'Pentium 3'